Cantik itu luka

Cantik Itu Luka

Cantik Itu Luka - Eka Kurniawan

Seingatku ini buku pertama Eka Kurniawan yang aku baca, tapi sejujurnya aku lupa sama sekali karena ketika aku melihat kembali rak bukuku, ternyata ada beberapa buku lain tulisan Eka yang kupunya, diantaranya Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas. Aku juga ingat aku sempat membaca buku lainnya yang berjudul Corat-Coret di Toilet tapi buku ini hilang entah dipinjam siapa.

Ketika aku selesai membaca buku ini, aku kaget bahwa Eka menuliskan cerita surealis dengan cukup baik walau agak sedikit membingungkan selayaknya cerita-cerita surealis lainnya. Aku langsung teringat dengan Haruki Murakami, walau dengan bentuk karya yang berbeda.

Cerita ini dimulai dengan bangkitnya seorang wanita dari kuburnya setelah 20 tahun meninggal dan pulang kembali kerumahnya. Dewi Ayu nama wanita itu, tinggal di Halimunda sebuah desa kecil tempat ia dilahirkan dan tumbuh besar. Lahir dengan wajah cantik rupawan dengan darah campuran ayah Belanda dan Ibu dari Indonesia. Dewis Ayu menjadi primadona, banyak pria yang menginginkannya dan bermimpi untuk bisa tidur dengannya barang hanya semalampun, mereka berusaha dengan berbagai cara agar hal itu dapat terwujud. Sebenarnya karena himpitan keadaannya saat itu, Dewi Ayu terpaksa menjadi pelacur. Ketika itu pendudukan Jepang mulai memasuki Halimunda dan memaksa keluarga Dewi Ayu yang sebagian besar Belanda harus meninggalkan semua harta mereka di Halimunda, sementara Dewi Ayu dan adiknya harus ditahan dan mengungsi bersama warga kampung lainnya. Didalam tahanan dia mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan dan hampir diperkosa beberapa kali.

Dewi Ayu mulai melayani hawa nafsu tentara Jepang dirumah Mama Kalong. Karena kecantikannya dia menjadi pelacur yang paling mahal di rumah Mama Kalong. Selama menjadi pelacur dia mendapatkan tiga anak dari pria-pria yang tidur bersamanya, tidak diketahui dengan pasti pria mana yang merupakan ayah dari anak-anak tersebut. Ketiga anak ini mewarisi kecantikan. Banyak pria juga yang mendekati anak-anak Dewi Ayu, berusaha untuk tidur dengan mereka, ada juga yang benar-benar suka dan berusaha merebut hati anak-anak Dewi Ayu ini, berbagai macam pria yang sempat melamar dan mendekati mereka, ada seorang preman, ada seorang pendekar ada juga tentara. Namun semua pria itu dipatahkan hatinya oleh anak-anak Dewi Ayu. Dia kesal dengan kecantikan anak-anaknya yang membuat banyak pria jatuh hati pada mereka namun mereka hanya bermain-main dengan para pria itu.

Saat itu, Dewi Ayu mengandung lagi. Anaknya yang keempat, dia berharap dan berdoa supaya anaknya diberikan wajah yang sangat jelek. Doanya dikabulkan, anak keempat Dewi Ayu ini sangat buruk rupa, kulitnya hitam, hidungnya seperti colokan listrik. Dia tidak menyangkan bahwa doanya terkabul dan dia mendapatkan anaknya yang sejelek itu. Setelah melihat anaknya Dewi Ayu menginginkan dirinya mati, seperti memaksa malaikat pencabut nyawa dia berbaring dirumahnya dengan berselimutkan kain kafan, di rumah tempat dia kembali ketika bangkit dari kubur itu.

Eka Kurniawan melalui novel ini menghadirkan kisah surealis yang sangat absurd namun dengan latar belakang sejarah Indonesia. Cerita ini dimulai dari Zaman Belanda kemudian bergerak dengan sangat pelan melewati Zaman pendudukan Jepang terus hingga fase ketika Republik Indonesia terbentuk. Semua kisah sambung menyambung membentuk novel ini. Pengisahan Eka yang sungguh enak dibaca, namun terasa melelahkan karena kita seolah tidak diberikan waktu sedikitpun untuk bernapas. Plotnya terus maju. Sepertinya mulai dari sekarang hingga kedepannya karya-karya Eka Kurniawan layak untuk diikuti.