Corat-coret di-Toilet

Corat-coret di Toilet

Corat-coret di Toilet - Eka Kurniawan

Aku menyukai karya-karya Eka Kurniawan, setelah Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas dan Cantik Itu Luka. Kali ini aku telah selesai membaca buku kumpulan cerpennya Corat-coret di Toilet dan mencoba untuk menuliskannya diblog ini.

Buku ini merupakan kumpulan cerpen yang sebagian besar darinya sudah pernah terbit sebelumnya dikoran atau majalah di Indonesia. Terdapat 12 Cerpen, dan hampir semuanya membuatku kagum. Empat pertama menjadi paling favorit, yaitu Cerpen yang berjudul Peter Pan, Dongeng Sebelum Bercinta, Corat-coret di Toilet dan Teman Kencan. Jalan ceritanya yang berbelok di-akhir membuat penutupan dari Cerpen-cerpen tersebut tidak tertebak.

Eka tidak hanya bercerita dalam novelnya, namun ada nilai-nilai yang bisa kita ambil dari setiap novelnya. Yang paling menggugah ialah protes Eka terhadap realita yang dihadapi masyarakat terhadap kelakuan para pejabat yang memerintah.

Dalam Corat-coret di Toilet misalnya, secara tajam Eka menyampaikan realita rakyat terhadap wakil-wakil mereka yang tidak lagi mempercayai mereka. Eka menggunakan media toilet disebuah kampus. Dimana orang-orang menggunakan toilet silih berganti dan setiap pengguna toilet meninggalkan jejak dalam bentuk coret-coretan di dinding toilet. Dialog terjadi, orang-orang yang menggunakan toilet tersebut berbalas-balasan pendapat. Mulai dari yang serius mengomentari mengenai Reformasi dan Revolusi yang gagal, hingga tulisan-tulisan cabul. Ujung cerita ini ditutup dengan usulan dari seorang mahasiswa yang tidak suka coret-coretan didinding, dia menuliskan,

“Kawan-kawan, tolong jangan corat-coret di dinding toilet. Jagalah kebersihan. Toilet bukan tempat menampung unek-unek. Salurkan saja aspirasi Anda ke bapak-bapak anggota dewan”

Namun, tulisan tersebut dibalas dengan menohok oleh orang lainnya dengan tulisan,

“Aku tak percaya bapak-bapak anggota dewan, aku lebih percaya kepada dinding toilet.”

Ini cerita pendek yang cerdas menurutku, pesan yang ingin disampaikan oleh Eka juga cukup jelas meresap kepada setiap pembaca cerpennya. Pasti.


Banyak sebenarnya Cerpen menarik lainnya yang setelah aku membacanya diriku langsung terkagum-kagum. Kadang juga merasa kecele, aku telah mengikuti dengan serius cerita tersebut, Eka membelokkan akhirnya dengan sesuatu yang tak terduga. Tak semua cerita pendek Eka isinya protes atau menyampaikan realita yang ada dimasyarakat. Ada yang cuman cerita dengan alur yang sederhana. Satu yang pasti, semua cerita pendeknya menghibur. Cocok untuk dibaca sekali duduk.