The Outsider

The Outsider

The Outsider - Albert Camus

Aku beruntung mendapatkan buku ini, cetakan tahun 1982 berbahasa Inggris yang diterbitkan oleh Penguins Book. Menurut informasi katalog terbitannya, terbitan pertama buku ini berbahasa Prancis pada tahun 1942. Buku yang telah banyak diterjemahkan kedalam banyak bahasa, salah satunya bahasa Indonesia yang berjudul Orang Asing. Dahulu aku sempat melihat buku ini, dimiliki oleh seorang teman, tapi aku tidak sempat membacanya.

Albert Camus merupakan seorang Filsuf yang lahir di Aljazair pada tahun 1913, merupakan seorang Filsuf dari Prancis yang pernah mendapatkan hadiah nobel dibidang sastra pada tahun 1957. Dan karyanya The Outsider ini merupakan salah satu yang paling terkenal.

Bagian pertama dari dua bagian buku ini dibuka dengan dengan cukup menyedihkan, namun membingungkan, Meursault si tokoh utama dalam Novel ini, mendapat kabar akan kematian ibunya di panti wreda di kampung halamannya. Dia pulang untuk menghadiri pemakaman ibunya. Alih-alih dia bersedih dan menampakkan kedukaannya dalam acara pemakaman Ibunya, Meursault cukup tenang, dengan emosinya yang datar dia hadir disetiap prosesi tersebut. Namun diceritakan dia tidak menangis sama sekali atau bersedih, datar saja. Bahkan disaat-saat terakhir sebelum pemakaman, dia sempat menolak tawaran dari petugas yang membantu prosesi pemakamannya “apakah dirimu berminat untuk melihat Ibumu untuk terakhir kalinya?”

Dibagian kedua diceritakan bahwa Meursault menghadapi pengadilan untuk tuntutan pembunuhan. Kejadiannya saat itu, Meursault menembak seseorang, musuh dari rekan satu rumahnya. Di pengadilan, hakim penuntut lebih banyak berfokus kepada bagaimana si tokoh utama ini menghadapi kematian ibunya dengan tanpa kesedihan dan emosi yang biasa-biasa saja seolah tidak terjadi sesuatu. Memang setelah pemakaman ibunya, Meursault kembali ke kotanya, liburan bersama pacarnya dan bekerja, seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

Hakim menyerang Meursault, itu tidak pantas dilakukan oleh seorang anak yang sedang menghadapi pemakaman ibunya. Meursault agak sedikit jengkel karena hal itu, namun dia menerima tuduhan pembunuhan tersebut, serta hukuman yang lebih berat karena tidak bersedih dipemakaman ibunya, bahkan dia merokok didepan peti ibunya, minum kopi dan setelah pemakamannya selesai dia kembali hidup normal bahkan liburan dengan pacarnya. Dalam sebuah dialog dibuku tersebut, Meursault menuturkan bahwa ibunya memang telah mati, kita cepat atau lambat semua pasti akan mati dan itu tidak akan berdampak apa-apa. Aku pribadi memahaminya bahwa Camus ingin menyampaikan suatu gambaran hidup yang rumit, kita harus kuat dan tegar dalam hidup dan sadar akan kemampuan kita (lebih ke pasrah), tapi bagaimanapun juga kita harus terus berjalan dan berusaha sebaiknya.