Setahun lagi berlalu, 12 bulan, 365 hari terlewati. Memasuki tahun yang baru, apa pembelajaran yang didapat dari tahun lalu? Apa yang telah berubah? Apa yang akan selalu dikenang? Bagaimana tahun 2021 berjalan?
Mendaki Gunung
Kilas balik tahun 2021 yang baru saja berlalu, sejujurnya aku sangat susah untuk mengingat kembali cerita-cerita dari awal tahun. Karena banyak hal yang telah terjadi di-tahun 2021 yang lalu, banyak hal yang aku lakukan, banyak yang datang dan banyak juga yang pergi, kegagalan dan keberhasilan, semua silih berganti. Yang tersisa sekarang cuman sepenggal ingatan bahwa ketika aku memasuki tahun 2021, aku bertekad untuk menjalani hidup sebaik mungkin, tidak mudah patah dan berusaha untuk menikmati hidup.
Memasuki tahun 2021 yang lalu menjadi titik terpasrah didalam hidupku. Saat itu aku berpikir, pandemi sudah lebih dari setahun, hidup hanya terus begini-begini saja, yasudah, daripada terus meratap, mending keluar dan menikmati hidup. Alhasil, 2021 menjadi tahun yang penuh warna bagiku pribadi.

Perjalanan dari 2021 dari Strava Year in review, ditahun ini setidaknya aku mendaki 10 gunung dan 1 hiking ringan ke kawah ratu. Tahun yang menyenangkan
Tahun 2021 dibuka dengan pendakian ke Gunung Sumbing yang kulakukan diminggu kedua bulan Januari. Perjalanan ke Sumbing ini merupakan sebuah misi balas dendam karena perjalanan di Desember 2019 gagal terpenuhi. Waktu itu aku berencana untuk menyelesaikan 3S Jawa Tengah + Prau. 3S sendiri merupakan gunung yang namanya dimulai dari huruf S di daerah Jawa Tengah yaitu Slamet, Sindoro dan Sumbing. Pendakian ke Gunung Prau dan Gunung Selamat berjalan sesuai rencana, namun tenaga habis duluan di Gunung Slamet dan rasanya tidak mampu lanjut lagi ke dua gunung yang tersisa. Setelah selesai mendaki Gunung Selamet, aku tidak melanjutkan lagi ke Gunung Sindoro dan Sumbing, tapi balik ke Jakarta.
Selesai dari Sumbing, kaki kiriku sempat cedera. Di sekitaran dengkul terdapat robekan sedikit pada otot. Kondisinya masih bisa berjalan namun nyeri ketika kaki ditekukkan. Dokter mengatakan ototnya terlalu banyak dipakai sehingga tidak ada waktu recovery untuk membentuk sel-sel baru. Dokter menyarankan untuk tidak melakukan kegiatan yang menggunakan otot kaki yg berat selama 4 minggu hingga beberapa bulan. Yasudah akhirnya dijalanin saja.
Ajakan untuk naik gunung selalu datang dari teman-teman sesama pendaki. Akhirnya dipertengahan Februari 2021, melihat kondisi kaki yang sudah mendingan, aku mengiyakan pendakian ringan yang dilakukan oleh teman-teman komunitas Timik-timik, sebuah komunitas kegiatan alam dari teman-teman alumni ITB. Pendakian kali ini, cuman hiking ringan ke Gunung Patuha. Seminggu berselang aku melanjutkan perjalanan pendakian ke Gunung Dempo, di Sumatera Selatan. Dan ini menjadi pendakian pertamaku di luar Pulau Jawa. Sebuah keberanian, karena pendakian kali ini juga menjadi pendakian dengan orang-orang baru yang sama sekali belum pernah kukenal sebelumnya.

Setiap pendakian gunung yang kulakukan, aku selalu merekamnya, selain untuk tracking perjalan demi keselamatan, juga supaya bisa dishare diblog ini. Rekaman pendakian dari Strava pada Year in Review 2021 menggambarkan seluruh perjalanan pendakianku
Selesai dari pendakian ke Dempo, kaki kiriku sudah normal kembali, namun kemudian cederanya berpindah ke kaki kanan. Tidak separah cedera kaki kiri sebelumnya, recovery untuk cedera kaki kanan ini lebih cepat. Pertengahan bulan Maret, perjalanan pendakian berlanjut ke Gunung Gede di Bogor. Perjalanan yang tidak terlalu menyenangkan, karena bertepatan dengan hari libur dan gunung Gede sangat ramai waktu itu.
Dibulan April, karena saat itu aku lagi di Bali, tidak bisa tidak, aku harus meluangkan waktu untuk mendaki Gunung Agung. Di Bali sebenarnya tedapat beberapa gunung yang cukup terkenal, selain gunung Agung tentunya. Dua diantaranya ialah Gunung Batur didaerah Kintamani dan Gunung Abang tepat di seberang Gunung Batur. Kedua gunung ini dipisahkan oleh sebuah danau, yaitu danau Batur. Namun rencana pendakian ke kedua gunung ini tidak pernah terjadi. Ditabung dulu, suatu saat ketika punya waktu panjang untuk jalan-jalan ke Bali lagi, semoga bisa melakukan pendakian ke Gunung Batur dan Gunung Abang, juga ingin mengulang lagi pendakian ke Gunung Agung.
Bulan Mei, aku mendaki gunung Rinjani. Perjalan ke Rinjani aku mulai dari Bali, dari Desa Dalung. Mengendarai motor ke Pelabuhan Padang Bai, terus dilanjutkan dengan kapal ke Pelabuhan Lembar di Lombok. Perjalanan yang menyenangkan, setelah turun dari Rinjani bisa keliling Lombok. Teman-teman pendakian yang biasa jalan bareng untuk mendaki menyarankan untuk lanjut perjalanan terus ke Gunung Tambora. Namun karena saat itu kurang persiapan dan tidak ada teman diperjalanan, aku membatalkan rencana tersebut dan pulang ke Jakarta. Akhir Mei aku balik ke Jakarta, pulang dan memutuskan untuk mengerjakan hal-hal yang tertunda. Juni dan Juli, aku tidak pergi kemana-mana dan melakukan pendakian.
Diving dan menikmati hidup
Maret 2021, aku memutuskan untuk ke Bali, untuk liburan, juga memutuskan kerja dari Bali. Ketika aku memutuskan ke Bali, aku punya satu keinginan untuk setidaknya menyelesaikan sertifikasi diving hingga ke level 2 (Padi Advanced Open Water Diver), aku mengambil course dan diving certification di beberapa tempat di Bali, selain itu juga aku berniat untuk menghindari daerah selatan Bali, karena dimasa pandemi ini daerah selatan (Denpasar, Canggu, Kuta) cukup ramai dibandingkan daerah Timur, Utara dan Tengah Bali.
Karena tujuan utamanya memang diving, sehingga begitu tiba di Bali aku langsung menuju ke Amed dan menginap disana. Selain ke Amed, aku juga diving di Tulamben. Beberapa minggu di Amed, aku berhasil menyelesaikan Sertifikasi Diving pertamaku, Padi Open Water Diver.
Amed dan Tulamben merupakan desa kecil yang mata pencaharian utama penduduknya ialah wisata serta nelayan (sejauh pengamatanku). Sejak pandemi desa ini menjadi sepi, biasanya dalam sehari masing-masing Dive Shop disini bisa membawa 3 hingga 7 group diver. Namun sejak pandemi, nasib baik kalau mereka bisa dapat membawa 1 orang diver saja dalam sebulan. Di pesisir pantai berjejer jukung-jukung atau kapal kecil yang dipake nelayan untuk menangkap ikan dilaut. Diwaktu-waktu tertentu masyarakat akan bergotong royong untuk menangkap ikan. Satu desa ikut turun ke pinggir pantai menangkap ikan, termasuk ibu-ibu dan anak-anak, beruntung saat itu aku berhasil mengabadikannya.
Tidak hanya berhenti di Amed dan Tulamben, aku menyusuri pesisir pantai timur Bali, terus hingga ke Singaraja dan mampir beberapa hari disini, tepatnya dekat pantai Lovina. Ada atraksi menarik yang sengaja kuincar disini, yaitu Lumba-lumba. Di Lovina kita bisa menyewa kapal dan pergi ketengah lauh (bersama seorang abk jukung tentunya) untuk melihat langsung lumba-lumba dialam. Singaraja juga menyimpan banyak keindahan lainnya seperti air terjun. Namun karena cuman beberapa hari disni, aku hanya sempat mengunjungi Air terjun Alig-alig. Saat itu baru saja hujan besar, sehingga airnya deras dan keruh. Tapi kalau ada waktu lagi, mungkin akan menarik untuk dikunjungi kembali air terjun ini. Karena terdapat perosotan alami dengan ketinggian 10 meter lebih dan melewati batu-batu.
Karena cukup lama di Kintamani, aku juga sempat berkeliling didataran tinggi sekitaran Kintamani hingga ke Karang Asem. Banyak sebenarnya yang bisa dikunjungi disini, banyak list yang aku punya. Salah satunya Penataran Pura Lempuyang. Ada satu bukit juga di Karang Asem yang matahari terbitnya sangat indah.
Puas keliling Bali, aku menyeberang ke Nusa Lembongan. Tujuan utamanya sebenarnya cuman untuk diving dan mengambil sertifikasi Level 2, Padi Advanced Water Course. Tidak lupa juga keliling pulau dengan motor dan menikmati ikan bakar.




























Tiga bulan lebih disana, banyak tempat yang kujalani, berpindah-pindah tempat tinggal dari Amed - Kintamani - Dalung - Lembongan. Menyusuri pesisit timur hingga utara Bali
Akhir Juni aku balik ke Jakarta. Selama Juni dan Juli aku tidak melakukan pendakian sama sekali. Dua bulan tanpa pendakian, banyak hal yang mesti dikerjakan di Jakarta. Beberapa janji dan project pribadi yang menumpuk dan tertunda selama ini, aku selesaikan. Disini juga aku sedkikit merenung. Pertanyaan mendasar terlintas dipikiran, setengah tahun ini sudah apa saja yang aku lakukan? Bagaimana pencapaian hidup selama setengah tahun ini? Apakah aku benar-benar menikmati hidup hingga lupa untuk terus berjuang dan belajar untuk membuat hidup lebih baik?