Sabatical Leave 2020

2020 menghujam kehidupan dengan sangat keras, siapa sangka tahun ini akan berjalan seperti ini? Semua aktivitas seolah berhenti karena merebaknya virus corona diawal tahun ini. Perekonomian turun, banyak perusahaan yang merumahkan karyawannya. Banyak pengusaha yang gulung tikar. Untuk pribadi kita sendiri, banyak rencana dan resolusi yang telah ditetapkan pada awal tahun ini menjadi gagal dan tidak terlaksana. Padahal sebelum memasuki 2020 ini, ada optimisme yang tinggi untuk membuat tahun ini lebih baik dari tahun lalu.

Setelah aku menyelasikan tugas akhir dan lulus pada quarter ketiga tahun lalu, optimisme ku membumbung tinggi untuk menghadapi kehidupan dan menjalani dengan sekuata tenaga untuk mewujudkan satu persatu cita-citaku. Banyak rencana yang telah kubuat untuk tahun ini. Banyak kegiatan yang telah kurencanakan tahun ini, namun satu persatu gagal, satu persatu urung untuk terlaksana, satu persatu hilang dan pergi.

Ditahun ini juga aku mengalami hal-hal menyedihkan dan tidak menyenangkan sejak awal tahun. Beberapa kejadian tersebut sangat memukul hidupku, jauh lebih memukul, juga memberi beban lebih untuk dapatku berjalan dalam kehidupan, tanggung jawab. Aku berusaha untuk tidak bertanya betapa dan mengapa begitu kerasnya kehidupan ini, sejauh setelah aku menyelesaikan banyak tantangan, ujian dan kesalahan dalam kehidupan, hidup menjadi sedikit berubah, tidak sama seperti dulu lagi, level kehidupan naik, meningkat, kemampuan diri bertambah, pundak ini jauh lebih kuat untuk menanggung beban, kaki ini menjadi jauh lebih kuat untuk berjalan. Jadi aku tidak akan bertanya mengapa hidup sekeras ini? Sabar dan tabah saja menghadapinya. Kalau kuat terus dijalani, kalau gakuat istirahat sejenak, hal yang wajar.

Juli 2020, harusnya menjadi bulan terbaik untuk melakukan evaluasi terhadap 6 bulan kehidupan yang telah berjalan ditahun ini. Namun, ketika melihat kebelakang, terlalu berat untuk melihat banyak kegagalan dan kesedihan yang telah lewat. Terlalu berat tahun ini berlalu, terlalu sedih. Terlalu kesal untuk melihat banyak daftar kegiatan dan keinginan tidak banyak yang tercoret, menandakan bahwa satu hal telah selesai dan sudah dikerjakan. Walau daftar tersebut hanya berisi kesenangan dan kenikmatan hidup, tidak banyak yang terlaksana sedikitpun. Ada sesal, ada kesal, ada juga amarah, namun bisa dikata apa? Melampiaskan diri hanya untuk emosi negatif akan sangat berpengaruh dalam kehidupan, tanggungjawab terus tetap berjalan, kewajiban akan terus tetap menekan, tidak bisa tidak untuk menunggu hingga sedih, sesal dan kesal ini selesai.

September 2020, aku berada disini sekarang, untuk tidak lagi kesal dan sesal. Menerima dan melihat apa hal-hal yang masih bisa diselamatkan, seharusnya adalah tindakan yang terbaik. Sebulan belakngan lebih merenungi dan berusaha menerima, agak lama sadar, namun setidaknya bersyukur untuk tidak menghabiskan tahun ini dengan emosi negatif.

Baiklah, banyak hal mungkin tidak dapat diselesaikan tahun ini, banyak hal mungkin tidak dapat dikerjakan tahun ini, banyak hal yang tidak terwujud tahun ini. Beberapa untungnya masih dapat ditunda, walau tidak tahu hingga kapan. Namun selebihnya, sisa hari-hari di-2020 ini ada baiknya untuk diisi dengan hal-hal yang positif, yang tidak lagi berisi target-target beban akan kesuksesan, tidak lagi diisi oleh ambisi-ambisi, walau kehidupan harus terus maju dan diri harus tetap berkembang. Namun hal yang terbaik sekarang, ialah hanya untuk dapat mempertahankan derajat hidup, maksudnya untuk tetap sehat dan berpikiran positif agar dapat terus untuk hanya sekedar menjalankan kewajiban dan bertahan hingga pandemi ini selesai.

Itulah kurasa hal yang akan kulakukan untuk mengisi bulan-bulan kedepan menjelang akhir 2020. Hidup sehat, banyak membaca dan menulis, banyak mendengar dan belajar. Tidak lebih. Kurasa ini saat yang tepat untuk berbenah diri, masuk kekedalaman diri.